Jumat, 30 Januari 2009

Boneart dalam berita

Memanfaatkan yang Terbuang
Mengolah Bahan Limbah Menjadi Produk Bernilai Ekonomi Tinggi
Senin, 12 Januari 2009 | 10:29 WIB

Tulang belulang berserakan di tepi jalan persis di muka rumah Beni, warga Tlatar, Kabupaten Boyolali, Minggu (11/1). Tulang ayam, ikan, dan puyuh dijemur di atas seng. Di atas meja yang berjarak dua meter dari seng itu, terlihat kokoh kerangka warna putih berbentuk naga, burung phoenix, dan sebuah miniatur sepeda motor Harley Davidson.

Kerajinan beraneka bentuk karya Beni (29) dan Mino (27) itu terbilang unik. Naga, burung phoenix, dan miniatur sepeda motor Harley Davidson itu disusun dari potongan tulang ayam dan ikan yang direkatkan. Naga sepanjang 1,5 meter, misalnya, moncongnya tersusun dari pecahan kepala ayam yang ditambah tulang punggung puyuh. Taring naga dari tulang-tulang ikan. Bentuk lain yang pernah mereka buat ialah sosok monster, ikan, dan kapal.

"Bahan bakunya kami ambil dari sisa pembuangan tulang di warung- warung makan di Boyolali. Untuk membersihkan tulangnya dari sisa daging, kami masukkan ke kolam lele di belakang rumah. Tiga hari kemudian diangkat," kata Beni.

Harga jual karya mereka cukup tinggi. Monster setinggi 50 sentimeter dibeli beberapa kolektor seharga Rp 400.000. Naga dan phoenix yang sedang mendapat sentuhan akhir akan ditawarkan sebesar Rp 7,5 juta per unit. Kedua kerajinan ini dihargai tinggi karena sulit dan lama pembuatannya. Mereka membutuhkan waktu dua bulan untuk menyelesaikannya.

"Yang paling sulit itu memilih tulang-tulang yang cocok. Kami tidak membentuk tulangnya, tetapi menempelkan langsung tulang yang sesuai. Kalau harganya lebih tinggi dari biaya, jangan dilihat itu sebagai keuntungan, tetapi biaya kreativitasnya," kata Mino.

Lain lagi yang dilakukan Karsono, Ketua Yayasan An Nur di Desa Tambaksari, Kecamatan Wanareja, Cilacap. Di tangan bapak tiga anak ini, serabut kelapa menjelma menjadi beraneka macam produk, seperti jok mobil, jok pesawat, jok sofa, matras, penyaring udara, bantal, dan guling.

Untuk menjadikan produk serabut kelapa itu makin bermutu, Karsono mencampurnya dengan latek atau getah karet. Maka, produk- produk itu pun bernama sebutret, yaitu serabut kelapa berkaret. Walhasil, produk hasil perpaduan dua bahan baku yang semula dianggap tak berguna itu mampu menembus pasar ekspor.

Karsono mulai menekuni usaha sebutret sejak 1,5 tahun silam. Permintaan hasil produksinya dari luar negeri datang dari sembilan negara, di antaranya Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan negara-negara Eropa. Produk-produk itu sebagian dijual ke Bali dan Jakarta dengan harga Rp 2,5 juta per kubik.

"Satu negara rata-rata meminta minimal 150 kubik per bulan atau senilai Rp 450 juta. Bila sembilan negara, maka yang harus kami penuhi sampai 1.350 kubik per bulan," ujar Karsono.

Bahan baku untuk membuat sebutret juga sangat mudah dan murah didapatkan, yakni serabut kelapa yang harganya hanya Rp 60 per kilogram serta karet alam atau latek yang banyak terdapat di Cilacap.

Apa yang dilakukan Beni dan Mino, serta Karsono, tersebut merupakan salah satu bentuk pengembangan ekonomi kreatif. Mereka memanfaatkan bahan limbah yang semula mempunyai nilai ekonomi sangat rendah, bahkan tidak ada.

Hasilnya, luar biasa. Karsono, misalnya, dari usaha produksi sebutret itu mampu menghidupi 200 anak asuhnya yang nyantri di Pondok Pesantren An Nur. Selain mengaji di pondok, 200 santri itu mengerjakan pembuatan produk-produk sebutret. Mereka tak lagi pusing memikirkan uang sekolah dan mondok di pesantren karena semuanya gratis dicukupi dari hasil menjual sebutret.

Mungkin masih banyak lagi Beni, Mino, dan Karsono lainnya di Jawa Tengah ini. Selain itu, mungkin masih banyak potensi ekonomi kreatif lainnya di Jateng yang belum tergarap. (gal/han)

Diambil dari: www.kompas.com

Kamis, 29 Januari 2009

Produk Bone Art

Replika sepeda motor
(terjual)
MonsterPhoenix Vs Dragon
P:80cm,L:55cm,T90cm
Harga: Rp 2.440.000,-
+ kotak kaca


Replika Harley davidson
P:40cm,L:25cm,T:25cm
Harga: @Rp350.000,-
+ kotak kaca



Phoenix
Unfinished



Kapal laut
P:85cm,L:65cm,T:90cm
Harga: Rp 5.450.000,-
+ kotak kaca














Bone Monster
Ukuran bervariasi
Harga: @Rp 400.000
+ kotak kaca


























Sepeda ontel
P:40cm,L:20cm,T:25cm
Harga: Rp 300.000,-
+ kotak kaca









Naga Raksasa
P:150cm, L:60cm, T:75cm
Harga: Rp 8.979.000,-
+ kotak kaca




















Hasil garapan Bone art yang konsepnya dibuat berdasarkan imajinasi, keinginan untuk membuat sesuatu yang berbeda & mempersembahkan yang terbaik untuk Almarhumah Hj Sri Purwanti..

Bone art at a glance

Bone art is community that provide you a cool handycraft based on tiny bone.. Our craft is unique and different from other handycraft.. We provide you high quality product that you can display it on your shelf..
We create our product in small village located in boyolali, central java.. We did not shape the bone, but we pick bone with appropriate shape to create our handycraft..

Bone art adalah komunitas yang menyediakan kerajinan tangan keren yang dibuat dari tulang-tulang kecil.. Kerajinan kami unik dan berbeda dari kerajinan lain.. Kami menyediakan produk berkualitas tinggi yang dapat anda pajang di lemari anda..
Kami membuat produk kami di sebuah dusun kecil di boyolali jawa tengah.. Kami tidak membentuk tulang kami, tetapi kami memilih tulang dengan bentuk yang sesuai untuk membentuk kerajinan kami.


Picture of Art Consultant and creator of boneart
Mas Beni





















Notification: Mas Mono has been resigned from bone art Tlatar. Thank you for all your effort with us..